Kunal melanjutkan, pihaknya tetap yakin, keputusan kebijakan BI terutama dipengaruhi oleh tindakan The Fed dan penundaan apa pun yang dilakukan oleh The Fed mungkin akan mempengaruhi penurunan suku bunga BI dan menunda penurunan BI rate.
Dirinya menambahkan, mengingat tingginya ketergantungan pada kepemilikan obligasi pemerintah oleh asing, kebijakan moneter BI akan terus dipandu oleh pergerakan mata uang dan imbal hasil obligasi.
Menurutnya, belum tentu BI mempertimbangkan faktor inflasi kecuali jika naik terlalu tinggi dan terlalu cepat.
Mayoritas ekonom, 17 dari 29 ekonom, memperkirakan setidaknya satu kali penurunan suku bunga pada kuartal berikutnya dan di antara mereka, 14 ekonom memperkirakan suku bunga acuan akan mencapai sebesar 5,75 persen dan tiga ekonom memperkirakan akan turun sebesar 5,50 persen. 12 sisanya melihatnya tetap bertahan di 6 persen.
“Risikonya sebagian besar berasal dari sisi eksternal, yaitu inflasi AS mungkin tetap lebih tinggi dari perkiraan, yang akan menyebabkan penurunan suku bunga tertunda,” kata Elbert Timothy Lasiman, ekonom di Bank Central Asia (BCA), yang memperkirakan tidak ada perubahan suku bunga.