Ia telah memperingatkan selama lebih dari setahun bahwa tekanan inflasi mungkin lebih kuat dari yang diperkirakan investor, dan menulis dalam surat tahunannya kepada pemegang saham pada April bahwa perusahaannya siap menghadapi suku bunga The Fed di kisaran 2-8 persen, atau bahkan yang lebih tinggi dari itu.
Pada Selasa waktu setempat di konferensi tahunan Financial Markets Quality yang diselenggarakan Georgetown Psaros Center for Financial Markets and Policy, ia kembali mengatakan bahwa isu geopolitik — termasuk perang di Ukraina dan Timur Tengah serta hubungan AS dengan China — menjadi perhatian utamanya.
"Itu lebih penting daripada semua yang pernah saya alami sejak saya bekerja. Orang-orang terlalu fokus pada apakah ekonomi AS akan mengalami pendaratan lunak atau pendaratan keras. Sejujurnya, kebanyakan dari kami telah melalui semua hal itu, itu tidak terlalu penting," katanya. (Wahyu Dwi Anggoro)