
Digitalisasi Menggeser Status Quo UMKM Ultra Mikro
Lebih lanjut, Supari mengatakan digitalisasi menjadi salah satu instrumen survivabilitas dan ketahanan UMKM untuk mengurangi dampak pandemi. Adopsi teknologi ditunjukkan dengan kepemilikan smartphone oleh pelaku UMKM dan Ultra Mikro meningkat akibat tekanan pandemi beralih dari offline to online dengan dukungan internet.
Dalam riset terbarunya (Supari dan Anton 2022), membuktikan UMKM yang telah melakukan digitalisasi lebih mampu bertahan dibandingkan yang belum. Hal ini dikarenakan bisnis digital dapat menciptakan keunggulan kompetitif dan meningkatkan skala bisnis. Kinerja UMKM meningkat melalui efisiensi dan inovasi.
Namun demikian, berdasarkan lamanya digitalisasi mayoritas 75% dari mereka belum melakukan bisnis secara digital, penetrasinya masih rendah hanya 25% UMKM yang menggunakan media sosial, website, atau marketplace untuk berjualan di masa pandemi. Ini bisa disebabkan aktivitas inklusi dan literasi masih perlu didorong lebih baik lagi sekaligus meningkatkan akses layanan keuangan formal.
“BRI memiliki kerangka program pemberdayaan UMKM baik untuk individu, kelompok dan ekosistem desa. Lebih dari 27 ribu tenaga pemasar BRI sebagai ujung tombak pemberdayaan meliputi literasi dasar, literasi bisnis dan literasi digital. Program pemerintah bansos, membangun klaster usaha dan desa brilian dilakukan secara intensif,” tegasnya.
Khususnya pada segmen Ultra Mikro, literasi keuangan masih rendah, tingkat inklusi keuangan 65% dimana kurang dari 40% masyarakat Ultra Mikro belum memiliki rekening tabungan. Menurut kajian Women’s World Banking (WWB), pelaku usaha ultra mikro berada pada kelompok Necessary dan Stable, pinjaman informal, merasa tidak perlu perijinan, cashflow campur dan
penggunaan handphone sebatas pribadi bukan usaha.