Lebih lanjut Mulia mengungkapkan sejumlah faktor-faktor yang berkontribusi terhadap loss ratio mobil listrik. Mulai dari terkait teknologi yang baru, mahalnya biaya pergantian komponen, hingga sumber daya manusia (SDM) yang masih minim.
"SDM belum tersedia di sini maksudnya seperti bengkel khusus, sehingga biaya perbaikan mahal," katanya.
Selain itu, kata dia, risiko loss ratio lainnya yakni mobil listrik nyaris tidak menghasilkan bunyi. "Sehingga suaranya yang less noise ini juga diduga lebih seringnya terjadi kecelakaan. Bahkan, sensasi driving berbeda antara mobil listrik dengan mobil bahan bakar," kata Mulia.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Marketing Retail & Digital Business Asuransi Astra Wisnu Kusumawardhana menuturkan, asuransi kendaraan listrik masih rendah dari seluruh portofolio asuransi kendaraan di perusahaan yakni di bawah 5 persen.