sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kisah Frans Kaisiepo hingga Tari Pakarena di Uang Baru Rp10.000

Banking editor Ajeng Wirachmi/Litbang
30/08/2022 14:40 WIB
Frans Kaisiepo merupakan tokoh asal Papua yang wajahnya diabadikan dalam uang kertas pecahan Rp10.000.
Kisah Frans Kaisiepo hingga Tari Pakarena di Uang Baru Rp10.000 (FOTO: MNC Media)
Kisah Frans Kaisiepo hingga Tari Pakarena di Uang Baru Rp10.000 (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Frans Kaisiepo merupakan tokoh asal Papua yang wajahnya diabadikan dalam uang kertas pecahan Rp10.000. Dalam laman resmi Bank Indonesia (BI), wajah Frans pertama kali muncul di bagian depan uang Rp10.000 tahun emisi 2016. 

Resmi terbit pada 19 Desember 2016, uang ini terbuat dari serat kapas. Warna dominan uang pecahan Rp10.000 tersebut adalah ungu dan berukuran 145x65 mm. Di bagian belakangnya, ada gambar tari Pakarena asal Sulawesi Selatan.

Desain uang ini juga diperkaya dengan kehadiran gambar Taman Nasional Laut Wakatobi di Sulawesi Tenggara dan bunga Cempaka Hutan Kasar yang dikenal sebagai identitas Sulawesi Barat. Mari kita bedah satu per satu terkait kisah Frans Kaisiepo dan tari Pakarena dalam uang pecahan Rp10.000 tersebut.

Melansir laman Ditjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI, Frans Kaisiepo merupakan tokoh Indonesia yang lahir di Biak, 10 Oktober 1921. Ia berkontribusi maksimal untuk keutuhan NKRI di Papua. Sejarah mencatat, Frans Kaisiepo merupakan orang pertama yang mengibarkan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya di tanah Papua. Padahal, kala itu Papua masih menjadi daerah jajahan Belanda. Frans juga menjadi satu-satunya utusan Nederlands Nieuw Guinea dan orang asli Papua yang menghadiri Konferensi Malino di Sulawesi Selatan pada Juli 1946.

Dalam konferensi itu, Frans mengusulkan untuk menyematkan nama Irian bagi wilayah Timur Indonesia. Irian sendiri merupakan bahasa Biak, yang memiliki arti cahaya mengusir kegelapan. Ia dengan keras menentang niat pihak Belanda yang ingin sekali menggabungkan Papua dengan Maluku. Kedua wilayah itu nantinya akan dijadikan daerah di NIT atau Negara Indonesia Timur.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement