Mendengar rencana itu, Frans dengan lantang menekankan bahwa Papua seharusnya dipimpin langsung oleh orang Papua sendiri. Nama Irian selanjutnya tercetus dari dirinya. Istilah Irian kemudian dipolitisasi sebagai sebuah akronim dari ‘ikut Republik Indonesia anti Nederlands’.
Kiprahnya di dunia politik terus berlanjut. Partai Indonesia Merdeka didirikan oleh Frans pada 1946 di Bika. Melalui itu, Frans tak pernah berhenti memperjuangkan untuk mempertahankan kemerdekaan di Irian, terutama Biak. Ia bahkan sempat mendekam di penjara oleh pemerintah Belanda pada 1954 hingga 1961 karena giat melakukan perlawanan.
Setelah bebas, Frans membentuk ISI atau partai Irian Sebagian Indonesia. Niatnya, untuk menuntut dilakukannya penyatuan antara Papua dengan RI. Ketika Soekarno membentuk Trikora atau Tiga Komando Rakyat, Frans turut andil dalam membantu pendaratan sukarelawan Indonesia di Mimika. Hasil Trikora adalah, Papua berhasil dikembalikan oleh Kerajaan Belanda ke pangkuan Republik Indonesia.
Frans Kaisiepo menjabat sebagai Gubernur Irian Barat ke-4 pada 1964 hingga 1973. Ia wafat pada 10 April 1979 di Jayapura dan dimakamkan di TMP Cendrawasih. Frans dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 14 September 1993 melalui Surat Keputusan Nomor 077/TK/1993.
Gambar lainnya yang ada di uang kertas pecahan Rp10.000 adalah Tari Pakarena. Mengutip informasi yang ada dalam laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Sulawesi Selatan, Tari Pakarena merupakan sebuah tarian tradisional khas Sulawesi Selatan. Bahkan, tarian ini menjadi ikon tersendiri bagi provinsi tersebut. Biasanya, Tari Pakarena dimainkan oleh 4 orang dan diiringi alat musik gandrang serta puik-puik.