IDXChannel—Sampai dengan 2023, perekonomian Kabupaten Banyumas digerakkan oleh industri dan usaha yang mayoritas berskala kecil dan mikro. Pada periode ini, pemda setempat mencatat hanya ada enam industri besar dan 55 usaha menengah.
Melansir laman Pemkab Banyumas (23/11/2025), jumlah UMKM di Banyumas mencapai 89.553 unit, lebih dari 90 persen adalah usaha skala kecil. Sedangkan jumlah industri di kabupaten ini berjumlah 44.270 unit, hanya 83 unit yang berskala besar dan menengah.
Artinya, keberadaan UMKM dan IKM di Banyumas berperan sentral dalam kehidupan dan perekonomian masyarakat setempat. Sejatinya, usaha dan industri kecil diharapkan untuk dapat berkembang dan naik kelas secara bertahap.
Namun para pelaku usaha dan industri kecil menengah ini menghadapi segunung kendala dan keterbatasan. Masalah utama yang umum dihadapi adalah modal terbatas dan wawasan bisnis yang juga terbatas.
Seperti yang dihadapi Slamet Hadipriyanto, generasi ketiga di keluarganya yang kini meneruskan Toko Batik Hadipriyanto sejak tahun 2000-an. Usaha ini telah berusia lebih dari lima dekade, mampu bertahan tetapi dengan upaya yang tidak mudah.
Selain menghadapi penurunan regenerasi perajin batik andal, Slamet juga menghadapi kenaikan harga kain dari tahun ke tahun. Sementara dia harus tetap menyesuaikan harga jual dengan harga produksi dan upah perajin.
Secara bersamaan Slamet juga harus mengejar waktu produksi agar dapat menerima pesanan konsumen. Dalam keterbatasannya ini, bantuan alat cetak untuk printing pola dasar batik yang diberikan Bank Indonesia melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto (KPw BI Purwokerto) menjawab kebutuhannya.

Dengan alat cetak itu, workshop-nya dapat mencetak pola dasar untuk 60 lembar kain dalam satu hari. Siap diwarnai dan ditulis dengan canting. Sementara jika seluruh proses dilakukan dengan tulis canting, pengerjaan satu kain bisa memakan waktu lebih lama.