Turun Tangan Bank Indonesia Menopang dan Mendorong UMKM Banyumas
Batik Hadipriyanto bukanlah satu-satunya UMKM yang mendapat perhatian dari Bank Indonesia. Kelompok Tani Marsudi Lestari di Desa Dawuhan adalah contoh lain gambaran keberhasilan dukungan terhadap UMKM.
Kelompok tani ini membudidayakan padi organik dan sukses swadaya berkat bercocok tanam secara organik, bebas dari bahan kimia. Upaya penanaman padi organik telah dilakukan sejak 2017.
Marsudi Lestari beranggotakan 14 petani dengan total luasan lahan 5 hektare. Metode penanamannya sama dengan padi non-organik, perbedaan utama dari kelompok ini adalah penggunaan pupuk dan penghalau hama organik.
Beralih ke budidaya organik bagi petani bukanlah hal yang mudah. Sebab lahan harus disehatkan terlebih dahulu, lahan milik Marsudi Lestari saja memerlukan waktu dua tahun untuk memperbaiki kesuburan tanah.
Setelah padi ditanam, segala jenis obat penyubur dan penghalau hama yang dipakai Marsudi Lestari dibuat secara swadaya oleh anggotanya. Jenis obat yang berhasil diproduksi misalnya Nitrobakteri untuk tanah, nutrisi agar bulir padi padat, penguat akar, dan pestisida nabati.
Semua obat pertanian buatan kelompok ini menggunakan jerami, sekam (kulit padi), dan limbah organik. Salah satu pestisida nabatinya—pupuk ‘asap cair’ pengusir walang sangit—dibuat dengan mesin penyulingan bantuan dari Bank Indonesia.

“Teman-teman dulu kena walang sangit itu bingung, sekarang dengan ada pupuk asap cair ini, sudah tidak khawatirnya. Kami baru buat asap cair ini setelah mesin penyulingannya ada,” kata Slamet, Ketua Poktan Marsudi Lestari.
Rampung dengan persoalan obat-obatan pertanian, Marsudi Lestari masih harus memikirkan pemasaran dan penjualan. Karena beras non-organik lebih populer, mau tidak mau kelompok ini harus menjajal semua wadah penjualan yang ada.
Termasuk penjualan secara online di e-commerce. Dalam hal ini, Bank Indonesia memberikan pembinaan dan bimbingan bagi para anggota untuk mempelajari seluk beluk penjualan online, termasuk cara pengemasan dengan standar yang dapat diterima konsumen.
Mesin vacuum pemberian Bank Indonesia pun memungkinkan Marsudi Lestari mengemas beras organik kemasan 1 kg untuk dijual di e-commerce. Anggota poktan juga menerima pelatihan tentang pembayaran lewat QRIS.
Berkat budidaya organik ini, Marsudi Lestari tidak perlu bergantung pada kuota pupuk kimia dari pemerintah. Hasil panen sudah menyamai sawah non-organik, dan hasilnya mencukupi untuk konsumsi anggota kelompok serta dijual ke konsumen.
Selain itu, Marsudi Lestari kini juga memasok beras organik untuk Koperasi Desa Merah Putih di wilayahnya. Kelompok ini memasok secara konstan, jika stok koperasi habis maka Marsudi Lestari akan segera mengirim pasokan baru.
Meski sudah terbilang sukses swadaya, Slamet berharap Bank Indonesia tetap memberikan pelatihan kepada anggota poktannya, terutama dalam bidang penambahan wawasan soal pupuk dan obat pertanian organik.
“Harapannya kami bisa memasarkan ke petani lain, banyak teman-teman di luar ingin beli obat-obatan buatan kami. Namun saya tidak berani jual, karena harus ada izin dan labelnya,” aku Slamet.