IDXChannel - Bank Indonesia mengeluarkan tujuh pecahan Uang Rupiah Kertas Tahun Emisi 2022. Salah satu di antaranya yaitu uang pecahan Rp5.000. Pada desain baru ini, Bank Indonesia menampilkan sosok pahlawan Dr KH Idham Chalid sebagai gambar utama.
Pada Uang Rupiah Kertas Tahun Emisi 2022 terdapat tiga aspek penguatan, yaitu desain warna yang lebih tajam, unsur pengamanan yang lebih andal, dan ketahanan bahan uang yang lebih baik. Inovasi tersebut bertujuan agar uang rupiah semakin mudah untuk dikenali ciri keasliannya, nyaman, dan aman untuk digunakan, juga agar lebih sulit untuk dipalsukan sehingga uang rupiah semakin berkualitas dan terpercaya. Selain itu, bisa menjadi kebanggaan bersama sebagai simbol kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemilihan gambar pahlawan pada uang kertas tidak dilakukan sesuai keinginan pihak Bank Indonesia, melainkan berdasarkan keputusan Presiden. Keputusan tersebut tertulis dalam Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 2022. Sesuai keputusan itu, dipilih beberapa tokoh pahlawan yang memiliki peran terhadap kemerdekaan Indonesia.
Gambar utama uang Rp5.000 yaitu KH Idham Chalid bersanding dengan lambang Negara burung garuda, gambar kepulauan Indonesia, bunga sedap malam, dan beberapa motif khas Indonesia. Selain menjadi gambar utama, foto KH Idham Chalid juga digunakan sebagai tanda air dalam uang pecahan Rp5.000 itu. Berikut penjelasan gambar pada uang pecahan TE 2022 pecahan Rp5.000.
Biografi KH Idham Chalid
Dr KH Idham Chalid merupakan seorang ulama dan politikus muslim terbaik yang dimiliki Indonesia. Idham Chalid dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar Mesir pada 2 Maret 1957. Ia juga dikenal sebagai tokoh tiga zaman, yaitu zaman kemerdekaan, Orde Lama, dan Orde baru. Idham Chalid dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 8 November 2011.
Idham Chalid lahir di Satui, Kalimantan Selatan pada 27 Agustus 1921 dari pasangan H. Muhammad Chalid dan Hj. Umi Hani. Setelah menuntut ilmu di Al-Madrasatur Rasyidiyah Amuntai dan lulus pada 1938, Idham Chalid melanjutkan ke Pondok Modern Gontor Ponorogo hingga tahun 1940. Idham Chalid memiliki banyak prestasi saat dirinya muda, antara lain mengajar di Gontor, menjadi Wakil Direktur Kulliyatul Muallimin Al-Islamiyyah (KMI), dan menjadi penerjemah pada beberapa pertemuan alim ulama dan Jepang.