Namun, bukan berarti Gen Z menolak sepenuhnya keberadaan bank digital. Sekitar 60 persen responden memiliki akun di bank digital sebagai pelengkap. Mereka tertarik dengan suku bunga tabungan yang lebih tinggi dan fitur multiple saving pockets yang membantu mengatur keuangan.
Meski demikian, banyak di antara mereka tetap menganggap bank digital hanya sebagai pelengkap, bukan pengganti.
Dari sisi perilaku transaksi, Gen Z dikenal kritis dan berhati-hati. Sebanyak 79 persen responden memperhatikan biaya admin dan transfer, serta lebih memilih bank yang menawarkan layanan gratis transfer antarbank. Selain itu, mereka juga lebih menyukai kartu kredit dibandingkan fitur pay-later, karena menilai manfaatnya lebih banyak, mulai dari poin loyalitas hingga potongan harga. Ini menunjukkan bahwa mereka bukan hanya generasi digital, tetapi juga generasi rasional yang menilai produk keuangan berdasarkan nilai dan pengalaman nyata.
Laporan CGS juga mencatat bahwa bank-bank besar Indonesia masih mendominasi pangsa pasar deposito hingga 54,6 persen per Agustus 2025, sementara total pangsa digital bank baru mencapai 1,2 persen. BCA dan Mandiri disebut sebagai bank yang paling adaptif terhadap perubahan perilaku nasabah muda dengan mengintegrasikan ekosistem digital tanpa mengorbankan nilai kepercayaan.
(Shifa Nurhaliza Putri)