IDXChannel - Keputusan Bank Indonesia (BI) memangkas BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen dinilai bisa menjadi langkah strategis untuk menyelaraskan kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal pemerintah.
Ekonom Universita Andalas, Syafruddin Karimi, mengatakan konsistensi ini menciptakan pondasi baru untuk pemulihan permintaan domestik dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Ini pemangkasan keenam sejak siklus pelonggaran dimulai pada September 2024, sinyal konsisten bahwa otoritas moneter memilih menstimulasi permintaan saat inflasi terjaga," kata Syafruddin dalam risetnya, Kamis (18/9/2025).
Syafruddin menambahkan, dari domestik pasar fokus pada kebijakan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang menempatkan dana Rp200 triliun di bank-bank BUMN untuk memperkuat likuiditas, serta mendorong kredit sektor riil yang diproyeksikan memberi katalis positif bagi sektor perbankan.
Selain itu, kebijakan moneter BI yang menurunkan suku bunga akan mengurangi biaya dana bagi perbankan.
"Moneter mengurangi harga uang, fiskal memastikan amunisi benar-benar masuk ke sektor riil," kata Syafruddin.
Dia menambahkan, jika perbankan merespons dengan menurunkan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK), maka biaya pinjaman bagi dunia usaha dan rumah tangga akan ikut turun. Hal ini akan memicu peningkatan konsumsi dan investasi, yang pada akhirnya mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Agar sinergi ini berjalan optimal, Syafruddin menekankan pentingnya komitmen dari perbankan. Dia menyarankan agar pemerintah dan BI menetapkan target pembiayaan spesifik, terutama untuk sektor-sektor seperti perumahan rakyat, manufaktur padat karya, agro, dan logistik.
Selain itu, dia juga menekankan perlunya pengawasan ketat untuk memastikan dana disalurkan ke sektor produktif, bukan untuk spekulasi.
"Disiplin disinflasi harus terjaga, kualitas kredit perlu diawasi saat ekspansi membesar, dan aliran likuiditas mesti tetap diarahkan ke produksi bukannya spekulasi portofolio," kata dia.
Dengan orkestrasi yang rapi antara kebijakan moneter dan fiskal, Syafruddin optimistis Indonesia memiliki kesempatan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
(NIA DEVIYANA)