Menurut Yusuf, upaya mendorong industri perbankan syariah ini akan paripurna ketika perbankan syariah diberi hak eksklusif untuk mengelola seluruh transaksi terkait ibadah keagamaan seperti dana haji, zakat, wakaf dan dana masjid.
Terkait perkembangan merger tersebut, Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo belum bisa dimintai keterangan lebih lanjut. Namun, Haru pernah menegaskan pada April 2022, pihaknya tidak ada rencana untuk mengakuisisi bank syariah lain untuk dimerger dengan UUS BTN.
Adapun BTN berharap ke depannya BTN Syariah dapat terus memberikan layanan pembiayaan perumahan untuk memenuhi kebutuhan rumah di Indonesia dengan opsi perbankan berbasis syariah.
Saat ini komposisi pemegang saham BSI adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, sebesar 50,95%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, sebanyak 24,91%, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, sejumlah 17,29%. Sisanya adalah DPLK BRI sekitar 1,83%, BNI Life Insurance 0,01%, serta pemegang saham lain dengan kepemilikan kurang dari 5% termasuk publik yang baru sekitar 7,08%.
Sementara itu, laba bersih UUS BTN pada 2021 tercatat naik sekitar 37,33% secara tahunan dari Rp134,86 miliar pada 2020 menjadi Rp 185,20 miliar. Pada kuartal I 2022 pertumbuhan pun berlanjut.
Laba bersih UUS BTN pada periode tersebut naik 25,39% secara tahunan, dari Rp60,14 miliar pada kuartal I 2021 menjadi Rp75,41 miliar pada periode yang sama tahun ini. Jika adanya integrasi, diharapkan dapat menjaga dan memperkuat pertumbuhan tersebut.
(SAN)