Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri, Ahmad Siddik Badruddin, mengatakan penurunan ini didorong oleh pelunasan dan pembayaran cicilan para debitur, dan bisnis usaha para debitur sudah kembali pada kondisi normal. Sehingga, para debitur tersebut memutuskan untuk menyelesaikan program restrukturisasinya.
Selain itu, perseroan akan terus mengurangi restrukturisasi hingga akhir tahun. Sebab, sesuai aturan OJK relaksasi tersebut akan berakhir pada Maret 2023. Jika relaksasi tersebut tidak akan diperpanjang, perseroan sudah siap.
"Dari total portofolio kredit, LAR include restrukturisasi turun 15,12% dari total portofolio dan akan turun 14-15% sampai akhir tahun. Kami sudah siap apabila kebijakan relaksasi restrukturisasi kredit tidak diperpanjang oleh OJK," pungkasnya.
Senada, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), Sunarso juga mengungkapkan bahwa pihaknya telah menyiapkan pencadangan atas pemburukan kredit apabila kebijakan restrukturisasi akibat Covid-19 dicabut OJK pada Maret tahun depan. BRI mengantisipasi agar rasio kredit bermasalah tidak membengkak.
“Jika terjadi apa-apa dengan NPL, NPL coverage kami 266,26 persen (semester I-2022). Kami sediakan 2,66 kali cadangan terhadap NPL, jika NPL tidak terbayar, deposan masih aman karena kami cadangkan di modal 2,66 kali. Coverage ini meningkat dibandingkan semester I-2021 yang sebesar 2,53 kali,” ungkap Sunarso.