IDXChannel - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkap sederet faktor yang membuat pelemahan rupiah kembali terjadi. Perry mengungkapkan, nilai tukar Rupiah pada Juni 2024 (hingga 19 Juni 2024) terjaga, meski sempat tertekan 0,70 persen (point-to-point/ptp), setelah pada Mei 2024 menguat 0,06 persen (ptp) dibandingkan dengan nilai tukar akhir bulan sebelumnya.
"Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut dipengaruhi oleh dampak tingginya ketidakpastian pasar global, terutama berkaitan dengan ketidakpastian arah penurunan FFR, penguatan mata uang Dolar AS secara luas, dan masih tingginya ketegangan geopolitik," kata Perry dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni, Kamis (20/6/2024).
Dari faktor domestik, tekanan pada rupiah juga disebabkan kenaikan permintaan valas oleh korporasi, termasuk untuk repatriasi dividen, serta persepsi terhadap kesinambungan fiskal ke depan.
"Ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan akan bergerak stabil sesuai dengan komitmen Bank Indonesia untuk terus menstabilkan nilai tukar, serta didukung oleh aliran masuk modal asing, menariknya imbal hasil, rendahnya Inflasi, serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik," kata Perry.