Sementara itu Andes mengatakan pasca Mark Zuckerberg mengumumkan mengganti nama Facebook menjadi Meta Platforms Inc. atau Meta pada 28 Oktober 2021 lalu, metaverse tiba-tiba menjadi topik paling aktual dan banyak dibicarakan orang di muka bumi ini.
Industri perbankan, lanjut Andes, adalah salah satu industri yang paling diuntungkan dengan adanya teknologi metaverse.
“Kenapa? Karena pengalaman imersif yang ada pada metaverse mampu menciptakan pengalaman baru (new experience) yang mendalam sehingga bisa
memuaskan pelanggan (customer satisfaction),” ujarnya.
Satu studi, mengungkapkan bahwa pengalaman baru membuat pelanggan lebih bahagia daripada obyek fisik. Perusahaan yang lebih memprioritaskan pengalaman daripada produk/fitur memiliki kemungkinan rujukan 200% lebih besar dan loyalitas pelanggan 25%
lebih banyak.
“Teknologi metaverse dengan pengalaman imersifnya mampu mengaburkan batas antara kenyataan dan dunia virtual. Nah, saya kira, bank tak perlu lagi menunggu dalam keraguan, sebab di metaverse ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan bank,” tutur Andes.
Beberapa peluang itu adalah bank dapat mencoba menjangkau nasabah baru yang tidak dapat (atau tidak mau) pergi ke cabang dan masih menawarkan pengalaman yang imersif.
Survei terkait kebiasaan nasabah perbankan ketika masa pandemi yang dipublikasikan MarkPlus, Inc. (2020)
menyebutkan intensitas komunikasi antara bank dan nasabah cenderung mengalami penurunan di masa pandemi virus corona (Covid-19).
“Pengalaman imersif mampu mengaburkan batasan antara dunia nyata dengan dunia digital atau dunia simulasi, sehingga penggunanya bisa merasakan suasana yang mirip dengan dunia nyata. Di metaverse aktivitas transaksi sederhana seperti pengiriman uang dapat dikelola di jendela teller bisa juga diwujudkan, sementara avatar karyawan di dalam ruang VIP virtual dapat membantu klien menganalisis atau merancang portofolio investasi bagi pelanggan. Ini bisa menjadi new experience tersendiri bagi nasabah,” kata Andes.