“Bank Sentral mengambil langkah akomodatif sejalan dengan pemerintahnya yang menerbitkan insentif fiskal yang agresif, yang dibiayai oleh penerbitan special long-term bond sebesar 1 triliun yen, atau sekitar USD138 miliar,” pungkasnya.
Sementara di tingkat domestik, ekonomi Indonesia dinilai masih cukup atraktif pada kuartal I-2024. Mahendra menyebut ini didorong oleh tingkat pengeluaran pemerintah dan lembaga non-profit (LNPRT) sejalan dengan periode Pemilu, Ramadan, dan Lebaran.
OJK memastikan stabilitas sektor jasa keuangan masih stabil didukung tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas memadai.
“Ketidakpastian global terjadi karena masih tingginya tensi geopolitik, potensi meluasnya perang dagang, serta kinerja ekonomi dunia yang masih berkembang,” pungkas Mahendra.
(YNA)