Menurut dia, PBV BNI saat ini masih di bawah rata-rata 10 tahun terakhir, yang mencapai 1,4 kali, sehingga dapat dikatakan bahwa saham BNI saat ini masih dihargai lebih rendah dari seharusnya. Sementara itu, program transformasi yang berorientasi pada penguatan fundamental terus berjalan dan memberikan dampak positif.
Hal ini terlihat dari menguatnya permodalan, pergeseran portofolio ke nasabah blue chip, kualitas aset yang sehat terlihat dari penurunan rasio NPL dan credit cost, serta profitabilitas yang tumbuh sehat. Progress ini akan memastikan Perseroan dapat terus membukukan peningkatan ROE (Return on Equity) yang berkelanjutan ke depan.
Pada Juni 2023, perseroan mencatat ROE sebesar 15,3%. Perseroan memiliki target menengah jangka panjang untuk mencapai ROE sebesar 18% pada tahun 2025, sehingga PBV memiliki potensi untuk terus meningkat ke depan.
Saat ini, konsensus analis di pasar modal menetapkan fair value saham BNI sebesar Rp11.393 per lembar, setara dengan market cap sebesar Rp 212,5 triliun atau tumbuh 20% dari market cap BNI saat ini yang mencapai Rp176,7 triliun.
Dengan outlook yang positif ini, perseroan berkomitmen untuk meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor. Melalui langkah stock split ini, BNI berharap demand atas saham akan meningkat seiring dengan pertumbuhan basis investor yang lebih luas, sehingga perdagangan saham perseroan di Bursa Efek akan menjadi lebih aktif.