sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Tantangan BPR ke Depan Makin Berat, Ini Strategi OJK

Banking editor Anggie Ariesta
16/09/2024 02:02 WIB
Tantangan industri BPR dan BPRS) ke depan semakin berat di tengah perkembangan teknologi dan perubahan perilaku masyarakat.
Tantangan industri BPR dan BPRS) ke depan semakin berat di tengah perkembangan teknologi dan perubahan perilaku masyarakat. (Foto: MNC Media)
Tantangan industri BPR dan BPRS) ke depan semakin berat di tengah perkembangan teknologi dan perubahan perilaku masyarakat. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Tantangan industri Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan BPR Syariah (BPRS) ke depan semakin berat di tengah perkembangan teknologi dan perubahan perilaku masyarakat.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae mengatakan, dinamika ekonomi global dan domestik membawa tantangan bagi industri BPR/S. Adopsi teknologi yang semakin masif berdampak pada perubahan perilaku, ekspektasi, dan kebutuhan masyarakat terhadap layanan keuangan.

"Selain itu, BPR/S juga menghadapi persaingan yang semakin ketat khususnya pada penyaluran kredit atau pembiayaan kepada segmen UMKM," kata Dian dikutip Senin (14/9/2024).

Hingga semester I-2024, kinerja industri BPR seperti aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan penyaluran kredit, masih positif masing-masing 6,19 persen, 7,01 persen, 6,96 persen. Pertumbuhan tersebut relatif terjaga seiring dengan perluasan kegiatan usaha sebagaimana amanat UU Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK) yang ditopang dengan pemenuhan modal inti minimum Rp6 miliar 

"Rasio CAR BPR/S posisi semester I-2024 tercatat 28,11 persen sehingga memiliki ketahanan permodalan yang memadai," katanya.

Untuk menghadapi perubahan dan tantangan tersebut, kata dia, BPR/S diharapkan memiliki ketahanan dan daya saing yang kuat, sehingga dapat mempertahankan kinerja dan eksistensinya. Beberapa waktu lalu, OJK menerbitkan Peta Jalan Pengembangan dan Penguatan Industri BPR/S (RP2B) yang di dalamnya terdiri dari empat pilar utama yaitu Penguatan Struktur dan Daya Saing, Akselerasi Digitalisasi BPR/S, Penguatan Peran BPR/S di Wilayahnya, dan Penguatan Pengaturan, Perizinan dan Pengawasan.

"Tantangan persaingan juga perlu diperhatikan terutama bagi BPR/S yang memiliki daya saing yang rendah. Oleh karena itu pilar pertama dalam Roadmap Pengembangan dan Penguatan BPR/S adalah penguatan struktur dan daya saing," katanya.

Pilar ini yang merupakan penguatan fundamental dalam rangka meningkatkan daya saing BPR/S yang akan dilakukan melalui penguatan permodalan, akselerasi konsolidasi, penerapan tata kelola dan manajemen risiko, produk dan layanan yang inovatif, serta penguatan integritas.

Pilar kedua adalah akselerasi digitalisasi BPR/S sebagai salah satu upaya peningkatan efisiensi, integritas, serta daya saing melalui pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan bisnis dan operasional BPR/S. 

Kemudian pilar ketiga adalah penguatan peran BPR/S terhadap wilayahnya sebagai wujud kontribusi dan peran BPR/S dalam penyediaan akses keuangan kepada sektor UMK dan masyarakat di wilayah sekitarnya sebagai fokus market BPR/S.

"Ketiga pilar tersebut merupakan pilar pengembangan dan penguatan bagi industri BPR/S yang apabila dilaksanakan sesuai dengan serangkaian inisiatif pada roadmap tersebut, diharapkan dapat memberikan peningkatan ketahanan dan daya saing bagi industri BPR/S untuk menghadapi tantangan bisnis," kata Dian.

(Rahmat Fiansyah)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement