IDXChannel - Chief Economist Permata Bank Josua Pardede memproyeksikan Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunganya sebesar 50 basis poin (bps) di sisa 2025.
Proyeksi ini didasarkan pada sinyal perlambatan ekonomi AS dan data pasar tenaga kerja yang mulai melonggar. Pelonggaran kebijakan The Fed ini berpotensi memberikan ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk ikut menurunkan suku bunga.
"Kami tetap melihat bahwa terdapat ruang penurunan suku bunga The Fed sekitar 50 basis poin di sisa akhir tahun ini," kata Josua dalam PIER Economic Review: Semester I tahun 2025, Senin (11/8/2025).
Josua menjelaskan, ekonomi AS menunjukkan data yang tidak konsisten. Setelah melambat di kuartal pertama, pertumbuhan PDB di kuartal kedua meningkat menjadi 3 persen (annualized) meskipun inflasi masih terkendali.
Namun, tanda-tanda pelonggaran pasar tenaga kerja mulai terlihat. Data seperti Non-Farm Payrolls (NFP) dan tingkat pengangguran pada awal Agustus mengindikasikan pelemahan, yang memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga.
Menurut Josua, hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) terakhir pada Juli menunjukkan adanya perbedaan pandangan (dissenting) di antara anggota.
Dua anggota FOMC memperkirakan The Fed sudah seharusnya memangkas suku bunga, meskipun mayoritas anggota lainnya memilih untuk mempertahankan suku bunga di level 4,25 hingga 4,5 persen.
"Artinya memang arah penurunan suku bunga itu sebenarnya sudah terbuka ya, tapi memang belum bulat," kata Josua.
Meski tarif dagang yang diterapkan oleh AS sempat menimbulkan kekhawatiran inflasi, Josua menilai dampaknya tidak akan sebesar perkiraan. Hal ini disebabkan oleh tarif yang sudah mulai turun di berbagai negara.
Berdasarkan data pasar per hari ini, lanjut Josua, ekspektasi pasar bahkan lebih agresif, yaitu pemotongan suku bunga hingga 70 bps di sisa tahun ini. Potensi pemangkasan suku bunga The Fed ini membuka peluang bagi Bank Indonesia untuk ikut melonggarkan kebijakan moneternya.
Berdasarkan data pasar per hari ini, lanjut Josua, ekspektasi pasar bahkan lebih agresif, yaitu pemotongan suku bunga hingga 70 bps di sisa tahun ini. Potensi pemangkasan suku bunga The Fed ini membuka peluang bagi Bank Indonesia untuk ikut melonggarkan kebijakan moneternya.
Dengan demikian, Josua menegaskan bahwa proyeksi pemotongan suku bunga The Fed sebesar 50 bps di sisa tahun ini masih sangat mungkin terjadi, yang pada akhirnya akan berdampak positif pada kebijakan moneter di Indonesia.
(NIA DEVIYANA)