sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Utang Paylater Naik Hampir 90 Persen, Capai Rp7,88 Triliun di Agustus 2024

Banking editor Suparjo Ramalan
09/10/2024 14:29 WIB
Data OJK menunjukkan utang warga Indonesia melalui skema buy now pay later (BNPL) mencapai Rp7,99 triliun hingga Agustus 2024. Angka tersebut naik 89,20 persen.
Utang Paylater Naik Hampir 90 Persen, Capai Rp7,88 Triliun di Agustus 2024. (Foto: MNC Media)
Utang Paylater Naik Hampir 90 Persen, Capai Rp7,88 Triliun di Agustus 2024. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan utang warga Indonesia melalui skema buy now pay later (BNPL) mencapai Rp7,99 triliun hingga Agustus 2024. Angka tersebut naik 89,20 persen dibandingkan 2023.

Data tersebut dipaparkan oleh Direktur PT Indodana Multi Finance, Iwan Dewanto, yang menyebut data OJK per akhir 2023 tercatat transaksi BNPL untuk kontrak di perusahaan pembiayaan mencapai 82,56 persen.

“Tadi sudah saya sampaikan data dari industri, ini sudah di data dari OJK ya, tumbuh year on year hampir 90 persen ya, kemudian kontrak mendominasi 82,6 persen,” ujar Iwan saat gelaran diskusi ‘Dunia Baru Fintech’, Jakarta, Rabu (9/10/2024).

Adapun, kontrak pembiayaan melalui BNPL sejak 2019-2023 meningkat sebesar 144,35 persen. 

“Karena dari perusahaan pembiayaan itu setiap kita bertransaksi di aplikasi harus jadi kontrak, beli token misalnya Rp100.000 harus kontrak, belum lagi travel Rp2 juta itu kontrak sendiri, jadi memang kenapa kita 82 persennya besar kontraknya? itu memang dari yang pembiayaan yang kecil-kecil itu,” tuturnya. 

Sementara, angka kredit bermasalah atau non performing financing (NPF) atas BNPL berada di posisi 2,52 persen. Persentase ini disebut masih terkendali. 

Tren di Anak Muda


Layanan BNPL menjadi tren utama di kalangan anak muda, di mana 67 persen pengguna fintech sering memanfaatkan layanan ini. Alasannya karena keterbatasan dana tunai hingga penawaran promosi khusus.

Durasi cicilan yang populer antara satu hingga tiga bulan, mencerminkan keinginan untuk menyelesaikan utang lebih cepat. Namun, tantangan seperti literasi keuangan dan risiko penggunaan yang berlebihan tetap ada.

Dia mencatat, hanya 32 persen Gen Z yang memahami secara baik definisi bank digital dan sebagian besar informasi terkait layanan ini diperoleh melalui media sosial dan keluarga.

Sehingga pertumbuhan BNPL yang cepat sejalan dengan kekhawatiran mengenai potensi risiko keuangan.

(Febrina Ratna)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement