Satria menuturkan, sebelumnya perusahaan telah melakukan serangkaian strategi agar gerai Transmart bisa sehat dan bertahan. Mulai dari menyebarkan flyer promosi, mengundang konsumen ke gerai, melakukan jemput bola ke rumah-rumah konsumen, bahkan sampai menjual produk ritel dengan trolley keluar.
Namun, hasil berkata lain. Kata dia, upaya tersebut tidak bisa mengembalikkan pengunjung seperti sedia kala. Sehingga, langkah efisiensi pun harus ditempuh.
"Artinya, opsi tutup tidak bisa kita hindari. Kita tutupnya juga satu per satu, bukan yang serentak gitu. Kita lihat, kita analisa dan kita kuatkan toko tersebut. Kalau memang tidak bisa, ya sudah kita tutup," kata Satria.
Dia menambahkan, penutupan permanen gerai ritel yang sudah terjadi ini menjadi pembelajaran bagi perusahaan. Pihak manajemen berkomitmen akan lebih cermat dalam melihat faktor-faktor yang menjadi penghambat lambatnya pertumbuhan perusahaan. Sehingga ke depannya, perusahaan bisa lari lebih cepat.
"Masalahnya kan kita ingin lari lebih cepat, jadi kalau kita mau lari cepat tentunya faktor-faktor yang menyebabkan kita menjadi lambat itu harus kita putus. Nah inilah yang kita lakukan. Makanya saya bilang ini jadi pembelajaran, dan nantikan aktivitas kami untuk Transmart New Reborn," pungkasnya.
(YNA)