"Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM juga telah menyusun Grand Strategi Energi Nasional (GSEN) sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi energi fosil,” lanjut Edi.
“Salah satu terobosan yang sedang dalam tahap kajian adalah pemanfaatan biogas skala besar atau industri sebagai pengganti LPG yakni Bio-CNG atau CBG (Compressed Biomethane Gas),” dia menambahkan.
Pemerintah berharap kerja sama dengan beberapa mitra dapat mempercepat pemanfaatan BioCNG sebagai sumber energi alternatif menggantikan LPG non-subsidi untuk sektor industri dan komersil yang sebagian besar didapat melalui impor.
“Harapan kami dalam jangka waktu yang tidak terlalu jauh, BioCNG akan dimanfaatkan untuk menggantikan LPG non-subsidi untuk sektor industri dan komersil (12 dan 50 kg)," ujarnya.
"Sebagaimana yang diketahui sebagian besar suplai LPG berasal dari impor (sebesar 74%) sehingga berdampak pada defisit neraca perdagangan. Proyek BioCNG diharapkan dapat menjadi salah satu opsi solusi dalam usaha Pemerintah menurunkan impor LPG,” harap Edi.
CEO PT KIS Indonesia, K.R. Raghunath mengatakan, telah membangun lebih dari 20 pabrik Biogas dengan sukses di Indonesia sejak tahun 2012.
Pada proyek Bio-CNG ini mereka akan melakukan komisioning 3 proyek pertama Bekerja sama dengan AEP Group dan Mahkota Group Pada April 2023 hingga November 2023 dengan volume BioCNG mencapai 1.230 MMBtu per hari.
"PT KIS juga telah menandatangani kontrak untuk waktu yang panjang dengan PTPN IV, AEP Group, Mahkota Group dan Group lainnya untuk memasok limbah organik," kata Raghunath.
Raghunath lebih lanjut menyebutkan, Unilever Oleochemical Indonesia membeli Carbon Negative Biofuel (BioCNG®) ini untuk menggantikan bahan bakar fosil demi mempercepat tercapainya target Net Zero.