sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

41 PLTU Milik PLN Mampu Turunkan Emisi Karbon 717.616 Ton CO2 lewat Co-Firing

Economics editor Suparjo Ramalan
19/10/2023 14:15 WIB
PLN mengklaim teknologi co-firing pada 41 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mampu menurunkan emisi karbon sebesar 717.616 ton CO2 hingga kuartal III-2023.
41 PLTU Milik PLN Mampu Turunkan Emisi Karbon 717.616 Ton CO2 lewat Co-Firing
41 PLTU Milik PLN Mampu Turunkan Emisi Karbon 717.616 Ton CO2 lewat Co-Firing

IDXChannel - PT PLN (Persero) mengklaim teknologi co-firing pada 41 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mampu menurunkan emisi karbon sebesar 717.616 ton CO2 hingga kuartal III-2023.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, dengan penggunaan biomassa sebagai pengganti batu bara melalui teknologi co-firing, PLN mampu memproduksi energi bersih sebesar 718.458 Megawatt hour (MWh).

Program co-firing berhasil diimplementasikan pada 41 PLTU dengan memanfaatkan biomassa sebanyak 668.869 ton.

"Program co-firing langkah nyata PLN untuk menekan emisi karbon guna mempercepat transisi energi menuju Net Zero Emissions pada 2060. Melalui program ini PLN bisa menurunkan emisi karbon hingga 717.616 ton CO2," ujar Darmawan melalui keterangan pers, Jakarta, Kamis (19/10/2023).

Dia menerangkan, penggunaan biomassa untuk program ini ditargetkan mencapai 1,08 juta ton pada akhir 2023. Penggunaan biomassa ini akan terus ditingkatkan hingga mencapai 10,2 juta ton pada 2025.

Selain itu, kata Darmawan, penerapan co-firing ditargetkan mampu menghasilkan listrik hijau hingga 942 ribu MWh pada akhir 2023.

Darmawan optimistis dekarbonisasi sebesar 954 ribu ton CO2 pada tahun 2023 bisa tercapai. Apalagi, PLN juga telah merancang peta jalan nasional program co-firing hingga tahun 2025 mendatang. 

“Ke depan PLN akan lebih trengginas lagi mengimplementasikan program co-firing dari 41 PLTU yang sudah terealisasi ke PLTU lainnya sehingga secara bertahap target 52 PLTU di 2025 nanti bisa tercapai dan terus menyumbang kontribusi peningkatan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT),” ucapnya.

Di samping itu, Darmawan menegaskan, program co-firing bukan hanya upaya dalam mengurangi emisi karbon, tetapi juga mendukung ekonomi kerakyatan.

Dalam pelaksanaannya, co-firing juga melibatkan masyarakat dalam penyediaan biomassa sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi kerakyatan sebagaimana prinsip Environmental, Social and Governance (ESG).

Untuk itu, Darmawan mengajak masyarakat untuk terlibat aktif dalam menyediakan rantai pasok biomassa program co-firing ini. Biomassa yang dipergunakan di antaranya sawdust atau serbuk gergaji, serpihan kayu, cangkang sawit, bonggol jagung, dan bahan bakar jumputan padat.

"Dalam menyediakan rantai pasok ini, kami menjalin kerja sama dengan berbagai pihak mulai dari pemerintah daerah hingga kelompok masyarakat. Sehingga program ini memiliki dampak ekonomi untuk masyarakat secara langsung,” beber dia.

(YNA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement