IDXChannel - Indonesia masih memiliki ketergantungan yang tinggi pada produksi listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang bahan bakarnya menggunakan batu bara. Di sisi lain, pembangkit listrik energi baru dan terbarukan (EBT) belum dapat diandalkan untuk menghasilkan listrik.
Senior Manager Corporate Ratings Division Pefindo Martin Pandiangan mengatakan, dari segi kapasitas terpasang di tahun 2019, PLTU mendominasi sekitar hampir 44 persen.
Di segmen EBT, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) kontribusinya sekitar hampir 8 persen diikuti dengan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dengan kontribusi sekitar 3 persen.
Namun dari sisi produksi listrik, di mana PLTU menyumbang lebih besar lagi sekitar 61 persen. Di segmen EBT, PLTA hanya menyumbang 5 persen dan PLTP hanya sekitar 2 persen dari produksi listrik dalam negeri. "Dari data ini terlihat bahwa Indonesia masih memiliki ketergantungan yang tinggi pada produksi listrik dari PLTU. Sementara pembangkit listrik EBT belum dapat diandalkan untuk menghasilkan listrik," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Senin (2/8/2021).
Menurutnya, dari aspek geografis, hampir seluruh wilayah Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pembangkit EBT. Untuk potensi panas bumi di Indonesia lebih dari 400 GW. Sedangkan untuk potensi tenaga angin dan air masing-masing sekitar 150 GW.