sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Ada Ancaman Krisis Global, BI Optimis Ekonomi RI Tumbuh 5,3 Persen di 2022

Economics editor Michelle Natalia
20/10/2022 15:57 WIB
BI optimis ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,3 persen tahun ini, walaupun kondisi ekonomi dunia sedang melambat dan terancam krisis.
Ada Ancaman Krisis Global, BI Optimis Ekonomi RI Tumbuh 5,3 Persen di 2022 (FOTO: MNC Media)
Ada Ancaman Krisis Global, BI Optimis Ekonomi RI Tumbuh 5,3 Persen di 2022 (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Bank Indonesia (BI) tetap optimis ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,3 persen tahun ini, walaupun kondisi ekonomi dunia sedang melambat dan terancam krisis.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi global melambat disertai dengan tekanan inflasi yang tinggi dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Setelah membaik di tahun 2022, pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2023 diprakirakan akan lebih rendah dari prakiraan sebelumnya, bahkan disertai dengan risiko resesi di beberapa negara. 

"Revisi ke bawah pertumbuhan ekonomi terjadi di sejumlah negara maju terutama Amerika Serikat (AS) dan Eropa, dan juga di Tiongkok," ujar Perry usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Kamis(20/10/2022). 

Perlambatan ekonomi global, sambung dia, dipengaruhi oleh berlanjutnya ketegangan geopolitik yang memicu fragmentasi ekonomi, perdagangan dan investasi, serta dampak pengetatan kebijakan moneter yang agresif. Dampak rambatan dari fragmentasi ekonomi global diprakirakan juga akan menyebabkan perlambatan ekonomi di Emerging Markets (EMEs). Sementara itu, tekanan inflasi dan inflasi inti global masih tinggi seiring dengan berlanjutnya gangguan rantai pasokan sehingga mendorong bank sentral di banyak negara menempuh kebijakan moneter yang lebih agresif. 

"Kenaikan Fed Funds Rate yang diprakirakan lebih tinggi dengan siklus yang lebih panjang (higher for longer) mendorong semakin kuatnya mata uang dolar AS sehingga memberikan tekanan pelemahan atau depresiasi terhadap nilai tukar di berbagai negara, termasuk Indonesia. Tekanan pelemahan nilai tukar tersebut semakin tinggi dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat, dan di negara EMEs termasuk Indonesia diperberat pula dengan aliran keluar investasi portofolio asing," jelas Perry. 

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement