IDXChannel - Situasi geopolitik yang memanas beberapa waktu terakhir di Timur Tengah antara Iran dan Israel diproyeksi turut berdampak pada stabilitas ekonomi Indonesia.
Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Tarumanegara, Prof Ariawan Gunadi menyampaikan situasi konflik geopolitik justru menarik bagi Indonesia yang tengah gencar mengekspor komoditi non migas.
"Kalau melihat dari data yang diperoleh, neraca perdagangan non migas kita (Indonesia) pada Januari 2024 mencatat surplus sekitar USD3,32 miliar. Artinya kalau dilihat, kita memang banyak terbantu dengan ekspor non migas," ujar Ariawan dalam dialog Market Review IDX Channel, Selasa (23/4/2024).
Ariawan memandang, ekspor non migas Indonesia cukup mengatrol surplus neraca perdagangan selama empat tahun belakangan. Oleh sebab itu, dia mengatakan meski gonjang-ganjing geopolitik Timur Tengah masih terjadi, potensi pasar ekspor Indonesia masih bisa dipertahankan, bahkan ditingkatkan.
"Potensi komoditas ekspor non migas kita seperti justru menolong neraca perdagangan Indonesia di tengah konflik geopolitik saat ini. Potensi seperti produksi bahan mineral, bahan laut, manufaktur, perikanan dan sebagainya," jelas Ariawan.
Komoditas ekspor non migas Indonesia, lanjut Ariawan, terus menopang neraca perdagangan Indonesia hingga melampaui prediksi surplus yang diperkirakan para pengamat ekonom.
"Komoditas surplus neraca perdagangan kita yang menopang non migas ini sekitar USD6,51 miliar," katanya.
Kendati demikian, Ariawan mengatakan perihal apakah kinerja neraca perdagangan Indonesia telah pulih, dirinya belum melihat potensi tersebut secara pasti. Hal ini disampaikannya mengingat situasi neraca perdagangan Indonesia belum memberikan data kepastian secara mendetail.
"Karena kalau melihat tren di tahun 2022, surplus kita itu di 56 sekian kemudian turun menjadi 36, artinya kalau di-accumulated, besar kemungkinan potensinya akan turun di 2024. Jadi kita look and see lah sembari pemerintah melakukan upaya intervensi atau upaya pengembangan lainnya," terang Ariawan.