IDXChannel - Amerika Serikat (AS) tertarik untuk menjalin kerja sama dengan Indonesia di sektor bioteknologi pertanian.
Hal itu disampaikan Under Secretary for Economic Growth US Department of States, Jose Fernandez dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto di Kantor Kemenko Perekonomian.
Airlangga mengatakan, Indonesia terbuka untuk kerja sama Bioteknologi dengan AS, seperti pada komoditas padi, jagung, dan tebu. Kerja sama juga telah dilakukan melalui research pada bidang bioteknologi antara Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan Universitas di AS.
“Pemerintah telah bekerja sama dengan sejumlah universitas untuk mengembangkan laboratorium pada beberapa komoditas seperti beras, jagung, dan tebu serta penggunaan bio-etanol untuk bahan bakar ramah lingkungan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jakarta, Selasa (16/7).
Airlangga menuturkan, pemerintah saat ini juga sedang mengembangkan sejumlah food estate untuk menjaga keamanan pangan di seluruh Indonesia. Dia menyampaikan peluang kerja sama terkait optimalisasi pemanfaatan energi non-fosil sebagai pembangkit listrik.
Terkait kerja sama tersebut, Airlangga menyinggung pemanfaatan teknologi Small Modular Reactor (SMR) sebagai Pembangkit Tenaga Listrik.
“Mempertimbangkan Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar, diperlukan kapasitas energi listrik yang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia. Reaktor nuklir yang dihasilkan melalui modular SMR, dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, Jose Fernandez menambahkan, AS akan siap untuk mendukung penggunaan SMR dan mendorong pihak swasta agar dapat membantu pengembangan dan kajian kelayakan untuk pembangunan reaktor tersebut di Indonesia.
Terdapat beberapa pelaku usaha pengelola reaktor nuklir untuk tenaga listrik yang menyatakan minat kerja sama di Indonesia. Indonesia juga telah memiliki beberapa laboratorium nuklir untuk kegiatan penelitian dan pengembangan.
Selain membahas kerja sama di sector bioteknologi, Airlangga dan Under Secretary Fernandez juga membahas terkait critical minerals untuk pengembangan mineral strategis, seperti lithium, nickel, cobalt, serta manganese.
Selain itu, pembahasan juga dilakukan menyangkut akan diadakannya forum mineral dan dapat dikembangkan menjadi supply chain.
(FAY)