Salah satu capaian penting dari IEU CEPA yaitu dimasukkannya kelapa sawit ke dalam perjanjian. Sebelumnya, komoditas ini sempat dikecualikan.
“Nah sekarang menjadi include. Jadi itu sebuah kemajuan dan itu juga akan diberikan low hanging fruit. Dan ini sawit itu dibedakan, satu for food grade, yang kedua untuk fuel,” kata Airlangga.
Menurutnya, kendala ekspor sawit terbesar selama ini terletak pada penggunaan untuk bahan bakar (fuel). Namun Indonesia telah mengembangkan teknologi seperti B40 dan tengah mendorong penggunaan B50 untuk menyerap produksi sawit di dalam negeri.
“Apalagi kita lihat Timur Tengah memanas, bukan mendingin. Jadi persiapan-persiapan itu sudah kita lakukan,” kata dia.
Airlangga juga menekankan pentingnya pengurangan hambatan non-tarif serta kejelasan standar dalam perdagangan dengan Uni Eropa. Perjanjian IEU CEPA juga mencakup satu bab khusus mengenai trade and sustainability, termasuk pengaturan mengenai sawit dan permintaan Indonesia agar mitigasi terhadap regulasi EUDR diperkuat.