Seperti diketahui, wilayah Malang Selatan memiliki potensi di bidang pariwisata berbasis alam. Jika lingkungan terjaga, maka potensi wisata alam juga akan meningkat. Sebab itu, rencana perkebunan sawit dengan luasan 60 ribu hektar (ha) akan menjadi ancaman yang serius bagi ekosistem lingkungan di Malang selatan.
Menurut Atha, keberadaan sawit yang monokultur akan menghilangkan biodiversitas di Malang Selatan. Pasalnya, wilayah ini termasuk kawasan esensial karena terdapat hutan lindung dengan biodiversitas pentingnya seperti adanya flora dan fauna khas. "Salah satunya ialah lutung Jawa yang sudah langka dan menuju kepunahan," kata Atha.
Keberadaan perkebunan kelapa sawit juga bakal mengancam kawasan hutan, termasuk hutan lindung yang masuk kawasan konservasi, yang ada di Malang selatan. Perkebunan kelapa sawit juga bisa mengancam sumber air yang terdapat di sekitarnya. Sebab, sawit memiliki akar pendek sehingga bukan termasuk tanaman yang bisa menyimpan dan merawat air.
"Budidaya skala masif dan sama saja untuk budidaya lainnya yang monokultur akan mendegradasi ekosistem dan mendorong adanya penurunan kualitas dan kuantitas 'degradasi' mata air dalam jangka panjang," jelasnya.
Berdasarkan ancaman-ancaman tersebut, maka rencana budidaya sawit di Malang Selatan termasuk kesalahan fatal. Atha berpendapat, kebijakan tersebut akan menyebabkan bencana di kemudian hari. Hal ini karena akan meningkatkan kerentanan alam dan mempertinggi resiko bencana.