Dengan adanya perubahan yang begitu dinamis, Bambang memproyeksi pertumbuhan ekonomi global tertahan di kisaran 3 persen. Negara-negara maju termasuk Eropa tercatat tumbuh stagnan di 2 persen saja.
"Jadi tidak ada sesuatu prospek ke arah yang bisa membuat pertumbuhan ekonomi global misalkan meningkat menjadi 3,5 atau menuju 4 persen. Sebaliknya tertahan semua di sekitar 3 persen, karena utamanya di negara-negara maju, negara maju itu baik Amerika, Jepang, Korea maupun di Eropa Barat, tidak terlihat ada potensi pertumbuhan yang cukup menjanjikan," kata Bambang.
Semua efek kondisi global tersebut, kata Bambang, akan berimbas pada domestik. Meskipun daya beli didorong oleh Pemilu dan Pilkada 2024, tahun ini sepertinya hanya akan mempertahankan pertumbuhan 5 persen atau lebih.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen Lilis Setiadi menambahkan, dengan apa yang sudah disampaikan Bambang, dengan ekonomi global akan melambat maka membuat pasar volatil.
"Dari sisi Indonesia sendiri, indikator makro ekonominya relatif stabil dengan GDP bertahan di 5 persen dan akan lebih soft karena government spending," kata Lilis.
(Dhera Arizona)