"Salah satu kunci bagaimana kita memperbaiki industri aviasi Indonesia adalah harus bisa dilakukan secara terintegrasi, tidak bisa sendiri, dan juga harus berkolaborasi dengan seluruh stakeholder yang ada," kata Faik.
"Jadi saya kira apa yang kita lakukan di Angkasa Pura Indonesia adalah bagian penting untuk bisa memberikan kontribusi dalam pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di Indonesia," ujarnya menambahkan.
Faik menambahkan Indonesia dengan satu kendali dan strategi yang terintegrasi akan mengembangkan bandara yang tersebar dari Aceh hingga Papua untuk bisa dibagi menjadi 6 region.
Tiap region akan dikembangkan menjadi satu hub tersendiri dan bandara sekiranya menjadi feeder yang diharapkan dapat membuka akses Indonesia secara lebih luas.
"Seperti di AS, itu ada 200 bandara, yang berstatus internasional hanya 12. Tapi itu tidak mengurangi aksesibilitas dari luar menuju area manapun di AS, dan konsep ini sangat ideal untuk diterapkan di Indonesia," kata Faik.
"Cuma persyaratannya harus tergantung konektivitas yang bagus antara hub dan scoop (feeder). Ini menjadi salah satu PR kita untuk bagaimana membangun konektivitas yang lebih terintegrasi," kata dia.
Direktur Navigasi Penerbangan Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub, Syamsu Rizal, berpendapat konsep ini menjadi penting untuk bisa memberikan mobilitas lebih kepada masyarakat.
"Jadi memang perlu strategi, kerja sama, bagaimana kita tetapi bisa menghidupkan seluruh bandara sebagai satu sistem. Ini butuh dukungan dari Kementerian lain dan pemerintah daerah," ujar Rizal.
"Karena ini menjadi pintu gerbang. Transportasi udara ini kan memotong banyak waktu dan memberikan kesempatan seseorang untuk melihat potensi, membawa investasi dan pemerintah bisa memanfaatkan keberadaan bandara," katanya.
(Febrina Ratna)