IDXChannel - Pemerintah Indonesia melalui Kantor Staf Kepresidenan mendorong kolaborasi para peneliti pangan di 12 negara untuk meneliti pengembangan varietas unggulan Sorgum.
Penelitian tersebut kata Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko penting karena merupakan salah satu langkah untuk mengantisipasi dampak krisis pangan global akibat perang maupun perubahan iklim.
Hal tersebut disampaikan Moeldoko saat menerima kedatangan peneliti pangan dari 12 negara, Sabtu (30/7/2022).
12 peneliti pangan tersebut, masing-masing dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Laos, Myanmar, Bangladesh, Kamboja, Yordania, Mongolia, dan Pakistan.
Moeldoko menekankan pentingnya penguatan penelitian di bidang pangan untuk menghadapi ancaman krisis pangan global.
Ia mengatakan, saat ini pemerintah Indonesia sedang mengembangkan tanaman sorgum sebagai salah satu alternatif pangan.
Moeldoko mengungkapkan, peneliti Indonesia mulai mengembangkan varietas sorgum unggulan, yakni yang lebih tahan lama dan memiliki produktivitas yang lebih tinggi.
“Tantangan pangan tidak hanya dialami oleh Indonesia namun oleh seluruh negara. Untuk itu saya mendorong adanya kolaborasi peneliti pangan dari berbagai negara. Salah satu tanaman yang sangat berpotensi namun belum banyak dikembangkan, yakni Sorgum,” ujar Moeldoko
Moeldoko menyebut sorgum merupakan tanaman yang sangat bermanfaat, bahkan bisa dikatakan sebagai tanaman unggul. Sebab, ujar dia, sorgum memiliki banyak kelebihan baik dari segi gizi dan kesehatan.
“Sangat baik untuk masyarakat yang ingin mengkonsumsi makanan yang tinggi protein sekaligus menghindari diabetes dan gluten,” kata Moeldoko.
Pada kesempatan yang sama, peneliti pangan Indonesia Soeronto Human mengakui, sorgum unggul dari kecocokan lahan di Indonesia. Sayangnya sampai saat ini masyarakat Indonesia masih terbiasa mengonsumsi beras dan gandum.
Untuk itu, perlu ada perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat terkait pengembangan dan pemanfaatan sorgum sebagai salah satu alternatif pangan.
“Dari segi penelitian, masih banyak yang bisa dipelajari peneliti Indonesia dari negara-negara lain,” kata peneliti BRIN Soeronto.