"Inilah yang selalu saya sampaikan, APBN Indonesia mengalami penyehatan dan konsolidasi yang luar biasa cepat dan kuat tanpa memengaruhi kinerja dari perekonomian kita yang tetap mengalami pemulihan dan menjaga pertumbuhan serta berbagai perbaikan di bidang kesejahteraan," papar Sri Mulyani.
Tren ini, menurut dia, harus dijaga karena situasi global yang cenderung dengan kenaikan suku bunga tinggi dan volatilitas yang tinggi, maka eksposur terhadap pembiayaan utang harus terus dijaga pada level yang aman.
"Inilah bentuk langkah-langkah konkret untuk mengamankan, yaitu dengan menurunkan pembiayaan utang dan menjaga agar APBN kita defisit dalam posisi yang bisa dibiayai secara aman dan affordable," ucap Sri Mulyani.
Dia mengatakan, penerbitan SBN netto mencapai Rp157,9 triliun, lebih kecil 13,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp182,6 triliun. Ini hanya 22% dari target penerbitan SBN tahun ini.
"Jadi, ini sangat kecil sekali dibandingkan target issuance. Pinjaman netto hanya Rp8,6 triliun, ini menurun tajam 39,5% dari tahun sebelumnya," tambah Sri Mulyani.
Dia mengaku, inilah alasan lembaga pemeringkat kredit S&P mengafirmasi credit rating dan outlook Indonesia pada BBB outlook stabil.
"Ini juga didukung oleh kebijakan ekonomi yang kredibel dan perkiraan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% untuk tiga tahun mendatang," pungkas Sri Mulyani.
(FAY)