Menurut Anika, perbedaan angka ini menunjukkan adanya gap efisiensi yang signifikan. Hal ini berdampak langsung terhadap harga barang, struktur biaya, dan margin usaha perusahaan.
Dia menyebut, tingginya biaya logistik tidak hanya membebani sektor manufaktur dan distribusi, tapi juga menjadi salah satu penghambat utama dalam menarik investasi baru, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Oleh karena itu, Anika menekankan, perbaikan sektor logistik perlu menjadi prioritas kebijakan pemerintah, terutama untuk mendukung pertumbuhan industri nasional dan meningkatkan daya saing ekspor Indonesia di pasar global.
Dia menyebut, tingginya biaya logistik ini disumbang terutama oleh suku bunga yang masih cukup tinggi serta infesiensi dalam proses perizinan usaha yang turut menekan iklim investasi.
“Suku bunga kita memang masih cukup tinggi, Jadi cost of fund-nya (biaya dana) juga besar,” ujar Komisaris PT Bank Jago Tbk (ARTO) itu.