IDXChannel - Pemerintah mewaspadai dampak ancaman resesi ekonomi di Amerika Serikat (AS). Apalagi setelah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed menaikkan besaran bunga acuannya sebesar 75 basis poin.
Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin menjelaskan, kenaikan bunga acuan sebesar 75 basis poin ini sudah mengikis ketidakjelasan di pasar keuangan. Kenaikan bunga acuan oleh The Fed ini memberi sinyal kemungkinan terjadinya resesi ekonomi. Terlebih, ada sekitar 50 negara yang sudah menaikkan bunga acuannya hingga saat ini.
Menurut Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Sarman Simanjorang, apabila terjadi resesi ekonomi, dikhawatirkan akan berpengaruh dengan cadangan devisa. Hal ini karena terjadinya aliran modal asing yang keluar dari Indonesia serta secara otomatis membuat nilai tukar rupiah semakin lemah.
Tak hanya itu, ekspor dan impor akan mengalami gangguan. Karenanya, diperlukan kerja sama antara pemerintah serta pengusaha untuk mencari pasar ekspor serta impor guna menjaga nilai ekspor agar tidak turun drastis.
Kenaikan suku bunga The Fed ini juga rentan diikuti dengan kenaikan tingkat suku bunga pada negara berkembang. Diketahui, tidak semua konsumen serta pelaku usaha siap untuk menghadapi kenaikan suku bunga pinjaman. Hal ini berakibat permintaan konsumen rumah tangga dapat turun serta pelaku usaha akan terganggu dengan rencana ekspansi.
Lalu, kinerja harga emas setelah keputusan The Fed ini bergerak mendatar serta cenderung naik. Sejauh ini harga emas berada di kisaran USD1.830 per ons troy. Menurut Analis DC Futures Lukman Leog, dalam waktu dekat masih akan terjadi tarik-menarik sentimen untuk emas. Kenaikan suku bunga acuan yang agresif oleh The Fed ini dapat membuat emas kurang menarik, di samping berpeluang terjadinya resesi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan dampak The Fed yang menaikkan suku bunga 75 basis poin bagi perekonomian.
Menurutnya, dunia saat ini menghadapi tekanan dari kenaikan berbagai harga, mulai dari energi hingga pangan yang telah memberikan tekanan besar kepada kondisi ekonomi. Sri Mulyani mengatakan, kenaikan suku bunga The Fed sudah diantisipasi sejak kenaikan inflasi.
Pemerintah akan mengurangi eksposur dari utang dengan cara menurunkan defisit. Hal itu sejalan dengan konsolidasi fiskal, yaitu menurunkan defisit APBN di bawah tiga persen pada tahun depan. (RRD)