Eddy menuturkan selain kurangnya bahan baku di dalam negeri, kretifitas para industri bahan bakan baku ini juga menjadi tantangan dan hambatan untuk kemajuan Industri alas kaki.
Eddy mencontohkan seperti bahan baku dari kulit mitasi yang di impor dari China atau Taiwan. Disana setiap minggunya pasti ada model-model baru, baik dari sisi warna, patern dan sebagainya.
“kalau kita mintah bahan baku di Indonesia, itu tidak bisa, karena yang di produksi itu bahan baku yang sejenis, yang tidak ada kretifitasnya dan itu tentu saja membaut buyer juga memilih bahan baku impor dari china," pungkasnya.
Proyeksi pergerakan positif industri sepatu ditunjang dari tren permintaan ekspor yang meningkat serta momentum musim puncak pemasaran pada natal dan tahun baru.
Selain itu, dibukanya kembali proses belajar mengajara di sekolah juga menambah sentimen positif baru untuk kinerja di pasar domestik. (TIA)