Padahal, di saat bersamaan, IRR untuk membangun smelter nikel itu titik impasnya (break even point/BEP) hanya 5 sampai 6 tahun dari investasi smelter tersebut.
"Nah pertanyaan saya kenapa perbankan tidak mau melihat ini? Perbankan hanya mau lihat kredit stand by long, padahal ini sangat bagus sekali, mana ada investasi bisnis hanya 5 sampai 6 tahun break even point?" jelasnya di Jakarta, Rabu (25/10/2023).
Jadi, lanjutnya, jika ada yang mengatakan bahwa hasil devisa hilirisasi lebih banyak dimanfaatkan oleh asing, itu tidak benar.
"Yang benarnya karena dia harus kembalikan utang dan bunga karena kredit semua kredit luar negeri tetapi untuk keuangan dan semuanya masuk Indonesia," jelasnya.