Barat telah menghadapi krisis energi besar-besaran dan inflasi yang melonjak mengingat resesi global pasca-pandemi yang diperburuk oleh sanksi keras terhadap Rusia, yang pada gilirannya menyebabkan gangguan dalam rantai pasokan dan mengakibatkan kenaikan harga energi lebih lanjut di seluruh dunia.
Laporan terbaru Bank Dunia yang dikeluarkan awal bulan ini, laporan Prospek Ekonomi Global, mengungkapkan beberapa perkiraan suram yang diperkirakan menurut tren ekonomi masa lalu dan saat ini.
Di antara beberapa perkiraan penting laporan termasuk prediksi untuk pertumbuhan zona euro, yang diperkirakan akan tumbuh pada 0 persen pada tahun 2023, turun 1,9 persen poin dari perkiraan sebelumnya.
Ini adalah indikasi yang jelas bahwa inflasi dan krisis energi memiliki dampak konkret pada ekonomi Euro.
Untuk AS, Bank memperkirakan pertumbuhan AS turun menjadi 0,5 persen pada tahun 2023, "1,9 poin persentase di bawah perkiraan sebelumnya dan kinerja terlemah di luar resesi resmi sejak 1970," menurut siaran pers yang dikeluarkan oleh Bank pada laporan tersebut.
Sehubungan dengan China, laporan tersebut memperkirakan bahwa pertumbuhan diproyeksikan sebesar 4,3 persen untuk tahun 2023, yaitu 0,9 persen poin di bawah perkiraan sebelumnya, menurut siaran pers yang dikeluarkan tentang laporan tersebut.
Laporan yang disajikan oleh Bank Dunia hanyalah proyeksi ketakutan barat karena dunia secara bertahap bergeser dari dunia unipolar ke dunia multipolar.
Sebuah survei baru-baru ini yang dilakukan di UE menemukan bahwa 93 persen warga negara Uni Eropa menganggap kenaikan biaya hidup sebagai "kekhawatiran yang paling mendesak."
Dilakukan oleh perusahaan analitik data Kantar untuk Parlemen Eropa, survei tersebut mengatakan bahwa "kenaikan biaya hidup adalah kekhawatiran yang paling mendesak bagi 93 persen orang Eropa," menunjukkan bahwa "di setiap Negara Anggota UE, lebih dari tujuh dari sepuluh responden khawatir tentang kenaikan biaya hidup, dengan hasil puncak di Yunani (100 persen), Siprus (99 persen) , Italia dan Portugal (keduanya 98 persen)."
Sementara itu, jajak pendapat yang dilakukan beberapa hari sebelumnya oleh Századvég Foundation mengungkapkan bahwa empat dari lima orang Eropa percaya bahwa Komisi Eropa sebagian bertanggung jawab untuk memicu krisis energi yang melanda Eropa, selama lebih dari setahun sekarang.
Sekitar 79 persen dari 38.000 peserta dalam survei, yang dilakukan antara 13 Oktober hingga 7 Desember, percaya bahwa Komisi memiliki peran dalam lonjakan harga energi, naik dari 75 persen di awal 2022.
Di sisi lain, 21 persen tidak setuju bahwa Komisi memiliki peran, dibandingkan dengan 25 persen yang diambil sampelnya antara 3 Januari dan 14 Februari tahun lalu.
(DKH)