IDXChannel - Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan, Dita Indah Sari mengatakan setidaknya ada tiga manfaat korban PHK mengikuti program JKP (Jaminan Kehilangan Pekerjaan). Pertama adalah pemberian uang tunai, kedua pemberian konseling, kedua akses ke pasar kerja, dan ketiga manfaat pelatihan.
Namun demikian dari 3.725 yang terdaftar pada program JKP, hanya 21 ornag yang memanfaatkan akses pelatihan, sedangkan sisanya hanya mengambil manfaat yang tunai saja.
Padahal menurutnya pelatihan itu seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mengupgrade skill korban PHK sehingga diharapkan bisa mendapat pekerjaan baru yang lebih bagus secara finansial.
"Ini yang kami kepingin dorong untuk lebih banyak lagi yang ikut, kan uangnya ada, anggarannya ada, ya tinggal ikut saja," ujar Dita dalam Market Review IDXChanel, Selasa (4/10/2022).
Bahkan Dita menjelaskan pada program JKP juga sudah disiapkan jasa konselor, yang bisa menjadi navigasi untuk membantu mencari pelatihan dan mendapatkan peluang kerja, tetapi tidak dimanfaatkan.
"Ada jasa konselor untuk membantunya (korban PHK) mencari pekerjaan dan mencari lembaga pelatihan, untuk mengupgrade dirinya selama masa tinggu mendapatkan pekerjaan," sambungnya.
Padahal menurut Dita jasa konselor atau pelatihan itu juga ada yang dilakukan secara online, artinya bisa dilakukan oleh si korban PHK ini di rumahnya masing-masing tanpa harus keluar rumah yang menggunakan biaya lebih.
"Nah teman-teman korban PHK ini masih tidak terlalu antusias untuk memanfaatkan akses pelatihan, padalah kita berharap dalam masa tunggu mendapatkan pekerjaan baru dia bisa mengupgrade dirinya, dengan pelatihan itu," kata Dita.
Dia melihat, ada beberapa kondisi yang memungkinkan para korban PHK ini masih sangat minim mengambil program untuk pengembangan dirinya. Pertama mungkin memang sudah mempunyai skill karena korban PHK bukan first jober.
Kedua mungkin karena melihat sertifikat pelatihan tidak dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan baru, padahal jika selama masa tunggu mengukuti pelatihan yang diadakan secara gratis juga tidak merugikan.
"Atau bisa juga males, akhirnya hanya 21 orang yang ikut pelatihan,"pungkasnya.
(NDA)