"Di indonesia itu pendanaan di 2021 hanya Rp 145 triliun. Bayangkan, AS itu ada Rp 4.671 triliun, 2x lipat dari kita, di sini walaupun jumlah startupnya banyak, mereka juga mendapatkan pendanaan yang cukup banyak. China dengan startup yang lebih sedikit pendanaannya sangat condong sekali, ada Rp 501 triliun total pendanaannya di 2021," ungkap Nailul.
Lebih lanjut Nailul memaparkan, ketika startup tumbuh terlalu cepat, namun lupa kalau sebenarnya stratup butuh pendanaan untuk bisa bersaing dan memberikan insentif kepada konsumen, maka yang terjadi adalah baku hantam antar startup.
"Inilah pentingnya pendanaan bagi startup digital di Indonesia. Kita berharap pemerintah bisa melakukan sesuatu agar ekosistem startup di Indonesia jangan berlangsung terlalu cepat tapi tidak didukung dengan pendanaan yang kuat," pungkasnya.
(SAN)