"Tantangan pangan global itu sebenarnya hari ini cukup mengkhawatirkan. Jumlah penduduknya naik, lahan makin sempit, harga makin mahal, geo politiknya tidak bisa kita prediksi. Salah satu solusinya tentu kita tingkatkan produksi dalam negeri," ujar Arief.
"Namun setelah produksi dalam negeri naik, sudah banyak, saking banyaknya malah harganya jatuh. Jadinya petaninya enggan nanam lagi, peternak juga. Kita tidak ingin begitu. Jadi tugas kita semua, termasuk Badan Pangan Nasional bersama BUMN, mempersiapkan pada saat produksi meninggi berperan sebagai offtaker," sambungnya.
Arief mengklaim pihaknya menaruh atensi pada pengembangan sarana prasarana cold chain. Ia mengaku telah menyampaikan masalah ini kepada Presiden Joko Widodo dalam beberapa kesempatan.
"Di luar negeri sudah mulai sejak lama. Kalau kita baru mulai, tidak mengapa. Kita sudah memulai tapi cepat, karena Indonesia ini tidak seperti negara lain, kita ini negara kepulauan. Tahun ini saya mau selesaikan totalnya sampai 40 alat cold chain. Saya akan pastikan ada di sentra-sentra produksi beberapa kabupaten kota," tandasnya.
(SAN)