Montgomery menyebut saat ini para sopir angkot di Medan hidup di bawah garis kemiskinan. Kenaikan harga BBM kali menurutnya sungguh sangat memberatkan dan mereka berharap masyarakat bisa memakluminya.
“Sopir-sopir kita cari makan bukan cari kaya. Kalau kenaikan tarif ini juga dikomplain, kita nggak ngerti lagi. Kenaikan yang kita lakukan juga sesuai dengan besaran harga BBM yang naik, tidak ada penambahan pendapatan. Sementara saat ini, di tengah pendapatan yang tidak naik, biaya kehidupan justru semakin naik karena terdampak harga BBM,” ungkapnya.
Montgomery menuturkan, salah satu yang membuat nasib para sopir angkot di Medan hari ini terpuruk, adalah karena terus beroperasinya angkutan massal Trans Metro Deli secara gratis. Moda transportasi baru di Medan itu pun telah merenggut para penumpang angkot.
"Dulu katanya cuma gratis selama 3 bulan. Tapi ini udah 2 tahun gratisnya. Itu banyak mengambil penumpang kita. Belum lagi keberadaan taksi online yang semakin banyak. Kita makin enggak kuasa menghadapi kebijakan kenaikan BBM ini," pungkasnya.
(NDA)