sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Beda Data Bulog dan Kementan Soal Ketersediaan Beras 600 Ribu Ton

Economics editor Suparjo Ramalan
07/12/2022 18:58 WIB
Perum Bulog membantah data stok beras di penggilingan beberapa wilayah Indonesia mencapai 610.632 ton.
Beda Data Bulog dan Kementan Soal Ketersediaan Beras 600 Ribu Ton. (Foto: MNC Media)
Beda Data Bulog dan Kementan Soal Ketersediaan Beras 600 Ribu Ton. (Foto: MNC Media)

Lebih lanjut, Buwas menjelaskan pihaknya juga berpedoman pada data Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan data tersebut, total realisasi gabah atau beras Bulog hingga 5 Desember 2022 sebesar 954.462 ton. Namun, jumlah ini sudah berkurang karena adanya operasi pasar yang dilakukan perusahaan.

Pengadaan ini termasuk realisasi dengan fleksibilitas harga yang ditentukan sebesar Rp 8.800 per kilogram (Kg) hingga 5-17 Oktober, di mana pada waktu itu Bulog bisa menyerap hingga 44.997 ton.

"Realisasi pengadaan setara beras setelah pencabutan, mohon izin waktu itu kami menyarankan waktu itu dicabut fleksibilitas setelah, ternyata fleksibilitas itu justru mengerek harga beras dan kita juga akhirnya tidak bisa menyerap beras yang kita butuhkan di lapangan, sehingga waktu itu dicabut, sehingga kita sikapi dengan harga komersial," katanya. 

Sementara itu, dari data ketersediaan beras yang disodorkan Kementan sebesar 610.632 ton, Bulog hanya mampu menyerap sekitar 166.000 ton beras dengan harga komersial. Jumlah ini tercatat hingga 5 Desember 2022.

"Perlu kami sampaikan komersial ini bukan berarti terus harga di lapangan, berapa pun kita beli Pak, karena ada batasannya, seperti yang disampaikan oleh data di BPS. Ini yang pedoman kita semua," ucap dia. 

Kementerian Pertanian sebelumnya mengklaim stok beras di beberapa wilayah masih sanggup memenuhi kebutuhan beras Bulog. Koordinator Data Evaluasi dan Pelaporan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Ditjen TP) Batara Siagian mengatakan bahwa Dirjen Tanaman Pangan telah melayangkan surat resmi ke Dirut Bulog, data beras berikut lokasinya secara terperinci.

“Hal ini tentu sebagai komitmen kami meyakinkan data BPS tidak ada keraguan sesungguhnya, karena faktanya di lapangan beras ada. Namun tentu dengan variasi harga tergantung lokasi,” jelas Batara.

Batara berharap Bulog dapat segera menyerap beras tersebut, dan tidak perlu melakukan importasi beras karena petani lokal masih sangat mampu memenuhi kebutuhan gudang Bulog.

(FRI)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement