Norwegia juga tercatat sebagai negara tujuan pengiriman nikel yang cukup besar pada Mei 2023, yakni 24,24 juta. Namun pada tahun lalu, Norwegia tidak tercatat sebagai penerima nikel dari Indonesia.
Kini, dunia akhirnya mulai melirik pentingnya mineral kritis hasil tambang yang mencakup litium, kobalt, tembaga, timah, nikel, bijih besi, hingga seng.
Kabar baiknya, semua komoditas kritis ini dimiliki oleh Indonesia. Indonesia memiliki potensi tambang mineral jumbo. Mengutip data Kementerian ESDM, lima komoditas tambang utama di Indonesia memiliki cadangan di atas 2 miliar ton.
Pantas jika langkah hilirisasi mineral kritis Indonesia ini cukup menarik perhatian banyak pihak, termasuk buat IMF dan Faisal Basri. Mengingat potensinya yang cukup besar.
Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Posisi cadangan nikel Indonesia setara dengan Australia sebesar 22 persen dari total cadangan dunia. Di masa depan, nikel RI diyakini berperan penting dalam penyediaan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan nikel dunia.
Berdasarkan laporan IEA, hasil tambang mineral kritis memiliki peran penting untuk di manfaatkan ke dalam berbagai kebutuhan.
Salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan transisi energi untuk mencapai target netral karbon pada 2050.
Sementara untuk mendukung transisi energi, mineral kritis ini menjadi komponen penting dalam banyak teknologi energi bersih yang berkembang pesat saat ini, mulai dari turbin angin dan jaringan listrik hingga kendaraan listrik (EV). (ADF)