IDXChannel - Dana Moneter Internasional (IMF) disebut telah meminta maaf terkait saran menghapus pembatasan ekspor komoditas mineral untuk mendukung hilirisasi. Permintaan maaf itu disampaikan pada pertemuan 9 Agustus 2023 lalu.
Managing Director IMF Kristalina Georgieva menyampaikan permohonan maaf secara langsung kepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.
"Beliau juga menyampaikan permintaan maaf kepada pemerintah Indonesia melalui Pak Luhut, jika laporan IMF yang keluar baru-baru ini menimbulkan polemik di Indonesia," kata Deputi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (13/8/2023).
Menurut Seto, Kristalina juga menyampaikan apresiasi terhadap program hilirisasi nikel yang sudah dilakukan oleh pemerintah RI. Program ini disebut sudah berkontribusi signifikan terhadap perekonomian dan stabilitas makro Indonesia.
Sebelumnya, IMF mengkritik rencana hilirisasi tambang melalui IMF Executive Board Concludes 2023 Article IV Consultation with Indonesia.
Dalam laporan tersebut, IMF meminta pemerintah mempertimbangkan penghapusan bertahap kebijakan hilirisasi mineral tambang kritis untuk meningkatkan nilai tambah produksi.
Dalam laporan tersebut, IMF menyambut baik ambisi Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah dalam ekspor dan strategi diversifikasi Indonesia yang berfokus pada kegiatan hilir dari komoditas mentahnya, seperti nikel.
Beda Sikap Faisal Basri dengan IMF
Di lain pihak, kisruh terkait isu hilirisasi juga terjadi antara ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri dan presiden Jokowi.
Ini bermula dari pernyataan Faisal Basri yang mengatakan bahwa 90 persen hilirisasi di Indonesia hanya menguntungkan China.
Faisal mengatakan keuntungan program hilirisasi besi baja sebanyak 90 persen lari ke China, sedangkan Indonesia hanya mendapatkan 10 persen saja.
Menanggapi pernyataan Faisal, Presiden Jokowi merespons tudingan tersebut. Menurut Jokowi tuduhan itu tidak benar. Dia malah mempertanyakan balik metode yang digunakan Faisal Basri dalam menyatakan China dan negara lain diuntungkan dari kebijakan itu.
"Hitungan dia bagaimana. Kalau hitungan kita ya, contoh saya berikan nikel, saat diekspor mentahan setahun kira-kira hanya Rp17 triliun. Setelah masuk ke industrial downstreaming, ada hilirisasi, menjadi Rp510 triliun," katanya di Stasiun Dukuh Atas, Kamis (10/8).
Menanggapi presiden, Faisal Basri menjawab pernyataan presiden di laman resmi pribadi miliknya.
“Angka-angka yang disampaikan Presiden tidak jelas sumber dan hitung-hitungannya. Presiden hendak meyakinkan bahwa kebijakan hilirisasi nikel amat menguntungkan Indonesia dan tidak benar tuduhan bahwa sebagian besar kebijakan hilirisasi dinikmati oleh China,” tulis Faisal diblognya dikutip Senin (14/8/2023).
Faisal menyebutkan, jika berdasarkan data 2014, nilai ekspor bijih nikel (kode HS 2604) hanya Rp1 triliun. Ini didapat dari ekspor senilai USD85,913 juta dikalikan rerata nilai tukar rupiah pada tahun yang sama yaitu Rp11,865 per USD.
“Lalu, dari mana angka Rp510 triliun? Berdasarkan data 2022, nilai ekspor besi dan baja (kode HS 72) yang diklaim sebagai hasil dari hilirisasi adalah USD27,8 miliar. Berdasarkan rerata nilai tukar rupiah tahun 2022 sebesar 14.876 per USD, nilai ekspor besi dan baja (kode HS 72) setara dengan Rp413,9 triliun,” lanjut Faisal.
Ia menambahkan, terlepas dari perbedaan data antara yang disampaikan Presiden dan hitung-hitungan miliknya, terjadi lonjakan ekspor dari hasil hilirisasi tambang yaitu 414 kali lipat.
Sementara jika merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor nikel Indonesia sepanjang Januari-Mei 2023 China menjadi negara dengan volume ekspor terbanyak pada periode tersebut.
Angkanya mencapai 394 juta kilogram (kg) nikel. Volume berat bersih itu naik signifikan dari periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) Mei 2022 yang sebanyak 152,96 juta kg. (Lihat grafik di bawah ini.)
BPS mencatat valuasi ekspor China mencapai USD2,09 miliar pada Mei 2023. Nilai FOB itu meningkat dari sebelumnya yang sebesar USD1,19 miliar (yoy).
Di bawah China ada Jepang dengan volume ekspor mencapai 39,05 juta kg nikel per Mei 2023. Angka itu juga naik dari volume ekspor sebelumnya yang mencapai 28,47 juta kg (yoy).