Menkes Budi melanjutkan, dengan mengetahui secara pasti diagnosis dan cara penanganan satu penyakit, contohnya batuk, walaupun gejalanya sama, tapi di setiap orang sakitnya bisa berbeda-beda. Nah, adanya BGSi, bisa mengidentifikasi lebih cepat sakitnya apa, sehingga bisa segera diobati.
Metode BGSi ini akan dimanfaatkan untuk penelitian pengembangan pengobatan pada enam kategori penyakit utama lainnya, termasuk kanker, penyakit menular, penyakit otak dan neurodegeneratif, penyakit metabolik, gangguan genetik, dan penuaan.
Dalam implementasinya, BGSi dilaksanakan di tujuh rumah sakit vertikal yaitu RSUPN RSCM, RS Pusat Otak Nasional (RS PON), RSPI Sulianti Saroso, RSUP Persahabatan, RS Kanker Dharmais, RSUP Sardjito, hingga RS Prof I.G.N.G. Ngoerah.
Saat ini hanya terdapat 12 mesin WGS di Indonesia. Untuk mendukung berjalannya BGSi, Kemenkes menambah 48 mesin yang akan disebar di berbagai rumah sakit rujukan nasional yang terlibat dalam BGSi yang dilengkapi dengan mesin-mesin 'sequencing high throughput' yang mampu memproses ratusan sampel genom manusia per minggu.
Target dalam dua tahun ke depan, ada 10 ribu genome sequences manusia yang terkumpul dan diteliti guna pemetaan varian data genome dari populasi penduduk Indonesia yang memiliki penyakit prioritas yang telah ditentukan sebelumnya.