"Mereka rerata sudah membuat surat pernyataan tidak beli gabah di atas harga Rp6.500 per kg. Hari gini mana ada harga gabah sebesar itu," kata dia.
Selain faktor harga, Khudori juga menyinggung persoalan psikologis dan regulasi yang turut memperburuk kondisi di lapangan.
"Mereka masih diliputi ketakutan kalau-kalau terkena masalah tatkala berurusan dengan Satgas Pangan,” kata dia.
Akibat kelangkaan ini, konsumen pun mulai melakukan penyesuaian. Menurut Khudori, konsumen beras premium mungkin sesekali beralih ke beras khusus.
Namun, masyarakat dengan keterbatasan daya beli cenderung mencari alternatif yang lebih terjangkau di luar ritel modern.
"Konsumen yang biasa membeli beras premium dan menemukan kenyataan beras itu tidak ada, boleh jadi beralih ke beras khusus. Mungkin sesekali. Tapi mereka yang punya keterbatasan daya beli hampir pasti mencari beras di tempat lain yang terjangkau kantong," ujarnya.
(Dhera Arizona)