IDXChannel - Pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) menjadi 5,75 persen bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan konsumsi rumah tangga, terutama di kelompok menengah ke bawah.
Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, langkah ini dianggap sebagai kebijakan yang bersifat "preemptive" dan "forward-looking," dengan mempertimbangkan rendahnya inflasi serta stabilitas Rupiah yang masih cukup terjaga.
Namun, ia mengakui bahwa dampak kebijakan moneter memiliki time lag, sehingga kenaikan konsumsi bergantung pada efektivitas penurunan suku bunga dalam mendorong kredit konsumsi dan meningkatkan likuiditas rumah tangga.
"Kenaikan konsumsi akan tergantung pada sejauh mana penurunan suku bunga diterjemahkan menjadi kredit konsumsi yang lebih murah dan peningkatan likuiditas bagi rumah tangga," kata dia di Jakarta Senin (3/2/2025).
Penurunan suku bunga juga memiliki potensi untuk mendorong investasi swasta dengan menurunnya biaya pembiayaan. Namun, efektivitasnya sangat bergantung pada sentimen pasar dan stabilitas nilai tukar Rupiah. Bank Indonesia menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi, stabilitas Rupiah, dan inflasi.