Buwas menilai sisa CBP tersebut seakan menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi Bulog. Padahal, perkara itu tidak saja menjadi tanggung jawab perusahaan pelat merah di sektor pangan itu.
Menurutnya, finalisasi atau keputusan ihwal CBP secepatnya diambil untuk menekan kerugian perusahaan. Sebab, selama ini manajemen menggelontorkan biaya perawatan beras. Di sisi lain, pengadaan beras tersebut menggunakan pinjaman bank.
"Karena kenapa? Bulog membelinya dengan uang pinjam atau dana komersial. Sementara kalau kita itung-itu ini kita rugi terus pak, jadi soal kerugian Bulog ini rugi," tutur dia. (TYO)