Hal tersebut, kata dia, menegaskan tingginya permintaan investasi pada aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Sebaliknya, kelompok komoditas energi justru melemah. Indeks energi pada Agustus 2025 berada di level 88,09, turun 3,90 persen dibanding bulan sebelumnya dan merosot 14,18 persen dibanding Agustus 2024.
Penurunan tersebut dipicu turunnya harga batubara di pasar internasional yang hanya tercatat USD112,15 per metrik ton, anjlok 23,06 persen dibanding tahun lalu.
Sementara itu, indeks harga logam dan mineral (metals & minerals) relatif stabil di angka 109,99, turun tipis 0,27 persen m-to-m namun masih tumbuh 2,77 persen y-on-y.
Selain perkembangan harga komoditas, BPS juga mencatat Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur negara mitra dagang utama Indonesia. India (59,3), Amerika Serikat (53,0), dan Tiongkok (50,5) berada di zona ekspansif. Sebaliknya, Jepang (49,7) masih berada dalam zona kontraksi.
Dengan kondisi ini, BPS menilai perkembangan harga komoditas global di Agustus 2025 berpotensi memberikan dampak beragam bagi perekonomian Indonesia, khususnya pada sektor ekspor pertanian dan energi.
(Dhera Arizona)